
Tak ada amalan yang Allah cintai, Rasulullah anjurkan diluar ibadah seperti sholat, puasa, dzikir dan yang lainnya, maka lah itu adalah amalan membantu sesama.
Anas bin malik berkata, “Suatu ketika kami bersama Nabi Muhammad ﷺ, dan yang paling banyak bernaung diantara kami adalah orang yang bernaung dengan pakaiannya, adapun orang-orang yang berpuasa mereka tidak melakukan apapun sementara orang-orang yang tidak berpuasa mereka mengirim unta tunggangan, bekerja dan mengobati. Nabi ﷺ kemudian bersabda, “Orang-orang yang berbuka pada hari ini memborong pahala”. (HR Bukhari).
Dalam hal ini, sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah teladan yang luar biasa, dalam sehari beliau bisa melakukan lebih dari satu amalan yang hubungannya sangat kuat dengan membantu sesama. Suatu hari Rasulullah ﷺ bertanya, “Siapa di antara kalian yang berpuasa hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya ya Rasulullah.” Rasulullah bertanya lagi, “Siapa diantara kalian yang telah mengantarkan Jenazah pada hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya ya Rasulullah.”.
Rasulullah ﷺ kembali berkata, “Siapa diantara kalian yang memberi makan orang miskin hari ini?” Abu Bakar kembali menjawab, “Saya ya Rasulullah.” Rasulullah ﷺ kemudian bertanya lagi, “Siapakah diantara kalian yang menjenguk orang sakit hari ini? Abu Bakar menjawab, “Saya ya Rasulullah.”.
Kemudian Rasulullah bersabda “Jika terkumpul seluruh amalan pada seseorang seperti ini, niscaya Ia akan masuk surga.”
HR. Muslim
Melalui hadist tersebut seolah Rasulullah ﷺ menyampaikan pesan tersirat, bahwa puasa tidak semestinya menghalangi seseorang aktif membantu sesama. Apalagi merasa puasa hanya karena telah tekun menjalankan ibadah puasa. Siapa yang bisa MEMBANTU SESAMA dalam beragam hal seperti membantu pemakaman orang yang meninggal, memberi makan orang miskin dan menjenguk orang sakit, maka derajatnya akan lebih tinggi disisi Allah dan Rasul-Nya.
Dan, lingkup membantu sesama tidak sebatas pada penjelasan tersebut. Anas bin Malik bertutur “Kami mengejar seekor kelinci di Marruzh Zhahran. Orang-orang berlari mengejarnya sampai lelah, lalu aku berlari hingga berhasil menangkapnya. Aku kemudian menyerahkannya kepada Abu Thalhah. Abu Thalhah kemudian mengirimkan ekor atau pahanya kepada Nabi ﷺ, lalu Beliau menerimanya.” (HR Bukhari).
Dengan kata lain banyak hal yang bisa kita raih untuk mendapatkan keutamaan disisi Allah سبحانه و تعالى dengan menumbuhkan SEMANGAT MEMBANTU SESAMA. Seperti memberikan kesempatan lebih dahulu kepada sesama pengguna jalan atau menyingkirkan gangguan dari jalan dan lain sebagainya.
Demikianlah kedudukan amal membantu sesama di dalam Islam. Rasulullah bersabda, “Siapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari kesulitan pada Hari Kiamat, hendaklah ia memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan.” (HR. Muslim).
Kini pintu untuk peduli, berbagi membantu sesama sangat terbuka lebar. Ada saudara kita yang ditimpa musibah gempa, banjir bandang, tanah longsor, ada yang dililit hutang dan kemiskinan, ada sarana-sarana pendidikan yang membutuhkan uluran dan bantuan kita.
Inilah kesempatan kita untuk meraih ridho dan surga-Nya dengan gemar membantu sesama.


 
 		 
         












 Sunnah.
  Sunnah.

 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		




