
Pada masa Rasulullah ﷺ, antara Kaum Muslimin dan Ahlil Kitab pernah terjadi saling membanggakan diri.
Ahli Kitab berkata “Nabi kami datang sebelum Nabi kalian, dan Kitab kami diturunkan sebelum Kitab kalian”.
Kaum Muslimin berkata “Nabi kami adalah pamungkas para Nabi, dan Kitab kami menghapuskan Kita terdahulu”.
Lalu diturunkan kepada Rasulullah ﷺ satu ayat dalam Al-Quran Surat An-Nisa Ayat 123
لَّيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَآ أَمَانِىِّ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ ۗ مَن يَعْمَلْ سُوٓءًا يُجْزَ بِهِۦ وَلَا يَجِدْ لَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah”
Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk tidak terbuai oleh mimpi-mimpi indah atau angan-angan kosong, angan-angan adalah ilusi atau hayalan dan merupakan salah satu alat atau perangkat yang digunakan setan untuk menyesatkan umat manusia.
Sebagaimana dalam firman ﷲ سبحانه و تعالى Surat An-Nisa ayat 119
وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَءَامُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ ءَاذَانَ ٱلْأَنْعَٰمِ وَلَءَامُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَتَّخِذِ ٱلشَّيْطَٰنَ وَلِيًّا مِّن دُونِ ٱللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِينًا
“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya”. Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.“
Merunut para ahli tafsir, angan-angan itu tercela dan dikecam oleh agama karena menimbulkan dua keburukan yaitu sifat loba atau tamak dan sifat ingin kekal didunia.
Karena sifat loba, seorang bisa menghalalkan segala ambisi untuk menggapai keinginannya, karena merasa kekal didunia seseorang bisa lupa diri dan tidak perlu bertaubat serta tidak akan berpengaruh baginya petuah ataupun nasihat.
Lain angan-angan lainpula dengan harapan, harapan adalah sikap optimisme menunggu datangnya sesuatu yang dicintai, harapan dibedakan dengan angan-angan dari empat aspek :
- Harapan menunjuk kepada sesuatu yang mungkin dan bisa terjadi.
- Terlihat dengan jelas sebab dan cara-cara bagaimana harapan itu bisa digapai.
- Harapan menimbulkan dorongan dan motivasi kerja yang kuat.
- Harapan menimbulkan dinamika dan produktivitas dalam hidup, baik dalam berpikir maupun bertindak.
Tanpa memenuhi empat kriteria ini segala bentuk keinginan tidak dapat dinamakan harapan, tetapi lebih tepat dinamakan angan-angan atau khayalan.
Menunjuk pada kriteria tersebut, orang yang menanam benih iman dalam hatinya lantas menyiram dengan air ketaatan, membersihkan diri dari berbagai prilaku tercela serta bersikap konsisten dalam kebaikan, lalu berharap kepada ﷲ agar Ia kelak mendapat rahmat dan pengampunan dari-Nya, maka harapan orang tersebut sungguh merupakan harapan yang terpuji.
Sebaliknya orang yang membenamkan diri dalam dosa dan maksiat kepada ﷲ, tetapi Ia berharap memperoleh surga, maka harapannya tentu tertolak.
Rasulullah ﷺ pernah menyebut orang yang berbuat demikian sebagai orang yang bermental kerdil, sabda Beliau orang kerdil lagi bodoh adalah orang yang mengikuti dorongan hawa nafsunya tetapi ia mengharapkan surga dari ﷲ.
Jadi kita harus dapat memilih dan memilah mana angan-angan mana harapan.
” Harapan itu bagai lampu, yang membuat kita bisa melihat apa yang ada di depan. Tapi apakah kita sampai atau tidak ke depan, itu tergantung kita mau berjalan atau tidak “
Sumber : https://www.youtube.com


 
 		 
         












 Sunnah.
  Sunnah.

 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		 
		




