
Orang-orang diluar Islam saja memandang ibadah shaum sebagai satu-satunya sistem sosial yang paling unik dan justru paling benar, bagaimana tidak “shaum adalah kefakiran secara paksa ditentukan oleh syariat agama kepada seluruh umat Islam tanpa pandang bulu“.
Islam memandang sama derajat Manusia terutama soal perut, terutama mereka yang memiliki banyak rupiah atau sedikit, atau orang yang tidak memiliki sepeserpun tetap merasakan hal yang sama yaitu lapar dan haus. Jika sholat mampu menghapus citra arogansi individual manusia, diwajibkan bagi insan Muslim. Haji dapat mengikis perbedaan status sosial dan derajat umat Manusia, diwajibkan bagi yang mampu, maka shaum adalah kefakiran yang total insan bertaqwa, yang bertujuan mengetuk sensitifitas Manusia dengan caranya yang khas dan praktis.
Bahwasannya kehidupan yang benar berada dibalik kehidupan itu sendiri, dan kehidupan itu mencapai suatu tahap paripurna manakala Manusia memiliki kesamaan rasa atau turut merasakan bersama bukan sebaliknya. Manusia mencapai derajat kesempurnaan tatkala turut merasakan sensitifitas satu rasa sakit, bukan turut berebut melampiaskan segala hawa nafsu.
Dari sini ibadah shaum memiliki multifungsi, setidanya ada tiga fungsi utama shaum: tazhib, ta’dib dan tadrib. Shaum adalah sarana untuk mengarahkan atau (tahzib), membentuk karakteristik jiwa (ta’dib), serta medium latihan untuk berupaya menjadi Manusia yang kamil dan paripurna (tadrib), yang pada esensinya bermuara pada tujuan akhir yaitu taqwa. Taqwa dalam pengertian yang lebih umum adalah melaksanakan segala perintah ﷲ dan meninggalkan segala larangan-Nya. Takwa dan kesalehan sosial adalah dua wajah dari satu keping mata uang yang sama mengintegral dan tak dapat dipisahkan.
Ada sejenis kaidah jiwa bahwasannya cinta timbul dari rasa sakit, disinilah letak rahasia besar sosial dari hikmah shaum, dengan jelas dan akurat Islam melarang keras segala bentuk makanan, minuman, aktivitas sex, penyakit hati dan ucapan merasuki perut dan jiwa orang yang sedang Shaum. Dari lapar dan dahaga betapa kita dapat merasakan mereka yang berada digaris kemiskinan, Manusia papa yang berada dikolong jembatan atau kaum tunawisma yang kerap berselimutkan dingin dimalam hari atau terbakar terik matahari disiang hari.
Ini adalah suatu sistem cara praktis melatih kasih sayang jiwa dan nurani Manusia, adakah cara yang paling efektif untuk melatih cinta? bukankah Kita tau bahwa selalu ada dua sistem yang saling terkait yang melihat dan yang buta, yang cendikia dan yang awam. Jika cinta antara orang kaya yang lapar terhadap orang miskin yang lapar tercipta, maka untaian hikmah kemanusiaan akan terwujud.
Orang yang berpunya dan hatinya selalu diasah dengan shaum, maka telinga jiwanya mendengar suara sang fakir merintih, ia tidak serta merta mendengar itu sebagai suara para pemohon pengharapan melainkan permohonan akan sesuatu hal yang wajib disambut, orang berpunya akan memaknai itu semua atas pengabdian yang tulus, “iimaanan wa ihtisaaban.” Semua karena ﷲ , karena hanya Dia Sang pemilik segala.















