Kembali

Menghilangkan Kebiasaan Menunda Waktu

Sudahkan anda beramal hari ini? Sungguh, ini adalah hari yang kita miliki. Hari ini adalah hari yang kita miliki, esok belum tentu kita miliki. Adapun masa-masa atau hari-hari yang telah berlalu, tidak dapat kita putar kembali.

Satu pepatah mengatakan:

 ما فات حلم والمؤمل غيب ولك الساعة التي أنت فيها

“Apa yang sudah berlalu tinggallah kenangan, sementara asa dan cita-cita masih dalam impian, namun manfaatkanlah waktu yang ada pada dirimu sekarang.”

Sungguh Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

  • Memberikan kita nikmat, nikmat kelapangan waktu,
  • Memberikan kita satu kesempatan untuk beramal shalih pada hari ini.

Maka jangan tunda-tunda hingga hari esok. Bersegeralah minta ampunan Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Bersegeralah kita menuju jannah yang luasnya seluas langit dan bumi.

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Bersegeralah untuk meraih ampunan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imrān: 133)

Bersegeralah, berlomba-lombalah, cepatlah untuk meraih ampunan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

Maka ciri orang yang bertakwa adalah benar-benar memanfaatkan waktunya, tidak menyia-nyiakan kesempatan, tidak menyia-nyiakan waktu yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah berikan kepadanya.

Sungguh, jadilah manusia hari ini karena esok belum tentu kita menjadi manusia. Mungkin kita sudah menjadi bangkai ataupun mayat, tidak ada kesempatan bagi kita untuk beramal shalih. Maka jangan tunda-tunda amal shalih.

Ketahuilah bahwa “taswīf” (تسويف) adalah penyakit yang berasal dari syaithan. Syathan menghembuskan was-was ke dalam hati manusia untuk selalu bertaswīf, yaitu mengatakan “saufa wa saufa” (سوف و سوف) , nanti dan nanti. Sementara esok belum tentu kita miliki.

Abdullāh bin ‘Umar radhiyallāhu ‘anhumā mengatakan:

إِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِالْمَسَاءِ وَإِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِالصَّبَاحِ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Jika kamu mendapati pagi hari, maka jangan tunggu sore hari dan jika kamu mendapati sore hari, maka jangan tunggu hingga pagi hari. Ambillah (pergunakanlah) masa-masa sehatmu sebelum datang masa-masa sakit dan pergunakanlan masa hidupmu sebelum datang ajal kematian.” (Hadits riwayat Tirmidzi nomor 2333)

Sungguh Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memberikan kepada kita satu kesempatan yang sangat berharga untuk beramal shalih. Pagi hari kita bangun, matahari terbit, kita membuka mata kita, Allāh Subhānahu wa Ta’āla masih berkenan mengembalikan ruh kita kepada jasad kita.

Kita pun mengucapkan:

 الْحَمْدُ لله الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Segala puji bagi Allāh yang telah menghidupkan kami setelah kematian kami dan kepadaNya lah kami dikembalikan.” (Hadits riwayat Bukhari nomor 7394)

Baca Juga : Dalam Mengerjakan Suatu Urusan, Bersegeralah, Jangan Menunda!

Maka, hendaklah nikmat kehidupan yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan kepada kita dapat kita manfaatkan sebaik-baiknya.

Jangan menunda-nunda amal shalih, berlomba-lombalah untuk meraih surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla, karena untuk urusan masuk surga, kita tidak boleh berlambat-lambat, kita harus berlomba-lomba.

Jika ada yang mengajak kita berlomba-lomba dalam urusan dunia, ajaklah dia berlomba-lomba dalam urusan akhirat.

Dalam urusan akhirat, kita harus melihat orang-orang yang di atas kita, agar timbul semangat, tumbuh semangat, muncul semangat dalam diri kita untuk berlomba-lomba untuk menyamainya, bahkan untuk lebih darinya.

Adapun untuk urusan-urusan dunia, maka lihatlah kepada orang-orang yang berada di bawah kita. Supaya kita dapat mensyukuri, betapa besar nikmat yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan kepada kita.

Lihat banyak orang yang tergeletak sakit, sementara Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan kepada kita kesehatan, di sana banyak orang-orang miskin yang tidak mendapat kesempatan untuk makan, sementara kita dapat mencicipi makanan.

Ini merupakan satu nikmat Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang diberikan kepada kita.

Maka dalam urusan-urusan dunia, lihat orang-orang yang berada di bawah kita, agar tumbuh/muncul rasa syukur pada diri kita, mensyukuri nikmat-nikmat Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang sangat banyak, jika kita hitung, niscaya tidak akan terhitung.

وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

Jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allāh Subhānahu wa Ta’āla, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya, sesungguhnya Allâh benar-benar Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS An Nahl: 18)

Maka jadilah manusia pada hari ini. Segeralah hari ini kita beramal. Kita mengerjakan shalat dengan khusyuk. Kita bershadaqah mengeluarkan sebagian dari harta kita. Jangan tunda-tunda esok, karena hari esok belum tentu kita miliki.

Belum tentu kita mendapati hari esok, maka pergunakanlah masa yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan kepada kita pada hari ini.

Banyak orang-orang yang menunda shadaqah. Dia berniat shadaqah, namun dia mengatakan:

“Wah besok, besok saya akan bershadaqah.”

Ternyata ketika tiba hari esok, niat dan keinginan untuk bershadaqah itu tidak seperti kemarin. Ternyata dia punya kepentingan lain, dia punya rencana lain, dia punya cita-cita lain, sehingga terabaikanlah, teralihkanlah, niat untuk bershadaqah itu dan tidak jadi dia lakukan. Tidak jadi dia keluarkan shadaqahnya.

Banyak sekali hal-hal yang akan mengganggu hati kita yang membuat kita beralih dari satu perkara kepada perkara yang lainnya.

Demikianlah hati manusia, senantiasa dibolak-balikkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ

“Sesungguhnya hati seluruh anak Adam itu di antara dua jari dari jari-jari Allāh Subhānahu wa Ta’āla, dibolak-balikkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla menurut kehendaknya.” (Hadits riwayat Muslim nomor 2654)

Maka apabila kita mempunyai keinginan untuk beramal shalih pada hari ini, bersegeralah beramal shalih. Jika kita mempunyai niat untuk bershadaqah pada hari ini, bersegeralah bershadaqah. Jika kita ingin berbuat kebaikan pada hari ini, membantu saudara kita, meringankan bebannya, lakukanlah pada hari ini.

Seorang hamba mukmin, dia mengerti bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla bisa saja mencabut nyawanya. Dapat saja mengambil jiwanya, ruhnya, kapan saja.

Maka tentunya dia tidak akan berleha-leha, dia tidak akan santai ria. Dia akan bersegera, berupaya, berusaha, mengejar rahmat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ketahuilah kita hidup di antara dua masa, masa lalu dan masa yang akan datang. Masa lalu tidak dapat kita putar kembali, sementara masa yang akan datang tidak dapat kita tarik.

Kita bisa mengisi ketiga masa ini, masa lalu kita isi dengan taubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan benar-benar bertaubat, taubatan nashūhā, itulah cara mengisi masa lalu.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ

Kecuali yang bertaubat (kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla) kemudian dia mengiringi taubatnya dengan iman dan amal shalih, maka merekalah orang-orang yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla ganti keburukan-keburukan dan dosa-dosa mereka menjadi pahala/kebaikan.” (QS Al Furqan: 70)

Ibnu Katsir, ketika menafsirkan QS Al Furqan: 70

(1) Tafsiran yang pertama, Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengganti amalan-amalan buruk dia dengan amal shalih.

  1. Jika dulu dia mencuri, merampas harta orang lain, kemudian setelah bertaubat dia rajin bershadaqah.
  2. Jika dulu dia bermalas-malasan mengerjakan shalat, setelah taubat dia serius dan sungguh-sungguh melaksanakan shalat dengan khusyuk.
  3. Jika dulu dia mengabaikan hak-hak orang tuanya, dia durhaka, dia kasar kepada orang tua, maka setelah taubat dia menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.

Jadi Allāh Subhānahu wa Ta’āla ganti perbuatan-perbuatan buruknya menjadi perbuatan-perbuatan baik.

(2) Tafsiran kedua, Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengganti tabungan-tabungan dosanya menjadi tabungan pahala.

Itulah cara kita mengisi masa lalu, yaitu dengan bertaubat, taubatan nashūhā kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ

Bertaubatlah kamu seluruhnya kepada Allāh, wahai orang-orang yang beriman.” (QS An Nūr: 31)

Taubatan nashūhā, taubat yang sungguh-sungguh. Itulah cara mengisi masa lalu kita.

Adapun masa yang akan datang, kita isi dengan ber-azam untuk tidak kembali melakukan perbuatan dosa dan maksiat tersebut. Kita sungguh-sungguh menghentikan diri dari perbuatan dosa itu.

Yang lebih berat adalah mengisi dan memanfa’atkan waktu sekarang ini, memanfaatkan waktu untuk beramal shalih pada hari ini, itulah yang sangat berat.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا

“Setiap manusia berangkat di pagi hari, maka ada yang menjual dirinya sehingga membebaskannya atau membinasakannya.” (Hadits riwayat Muslim nomor 223)

“Setiap manusia keluar melanjutkan perjalanan hidupnya, dia mempertaruhkan jiwa raganya. Ada yang membebaskan dirinya dari cengkraman dan belenggu syaithan dan ada pula yang melemparkan dirinya kepada kebinasaan, mencelakakan dan membinasakan dirinya sendiri.”

Demikianlah, setiap manusia melanjutkan perjalanannya.

لِمَن شَاءَ مِنكُمْ أَن يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ

Barangsiapa di antara kamu ingin maju atau ingin mundur.” (QS Al Muddatstsir: 37)

Kehidupan tidak berhenti, terus berjalan. Hanya saja pilihan ada di tangan kita, apakah kita mau maju atau mau mundur.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah membeli dari diri-diri orang yang beriman, jiwa dan harta mereka dengan surga.

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ

Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah membeli orang-orang yang beriman, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS At Taubah: 111)

Kita tahu bahwa surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla itu sangat mahal, surga tidak bisa terbeli dengan amal ibadah yang kita kumpulkan. Bahkan dengan amal ibadah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sekalipun. Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak dapat membeli surga dengan amal ibadahnya.

Maka dari itu hendaknya kita bisa menjadi orang-orang yang membebaskan diri kita dari api neraka dan meraih surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Beramallah hari ini.
Jika kamu mendapati pagi hari, jangan tunggu sore hari.
Jika kamu mendapati sore hari, jangan tunggu pagi hari.
Segeralah beramal, jangan tunda-tunda beramal.

Sungguh, waktu ini adalah kesempatan yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan kepada kita.
Abdullāh bin ‘Umar radhiyallāhu ‘anhumā mengatakan:

إِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِالْمَسَاءِ وَإِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِالصَّبَاحِ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Jika kamu mendapati pagi hari, maka jangan kau bisikan pada dirimu (bisa peroleh) sore hari dan jika kamu mendapati sore hari, maka jangan kau bisikan pada dirimu (bisa peroleh) pagi hari. Manfa’atkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu dan manfa’atkanlah masa hidupmu sebelum datang ajal kematianmu.” (Hadits riwayat Tirmidzi nomor 2333)

Waktu adalah suatu nikmat yang sangat berharga. Sungguh celaka dan binasalah, merugilah orang-orang yang menyia-nyiakan waktunya.

وَالْعَصْرِ (١)  إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, saling memberi nasihat di atas kebenaran dan saling berwasiat di atas kesabaran.” (QS Al ‘Ashr: 1-3)

Demikianlah sahabat yang berbahagia, coba tanya kepada diri kita, apa yang sudah kita lakukan pada hari ini?

Amal shalih apa yang sudah kita lakukan pada hari ini ?
Apakah hari ini kita lebih baik daripada hari kemarin ?

Teruslah berusaha.

احرص على ما ينفعك

“Berusalah untuk meraih apa-apa yang bermanfaat bagimu.”

Jadilah manusia yang terbaik bagi orang lain.

خيرُ الناسِ أنفعُهم للناسِ

“Sebaik baiknya manusia adalah manusia yang paling bermanfa’at bagi manusia lainnya.” (HR Ahmad, Ath Thabrani, Ad Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh Al Albani di dalam Shahihul Jami’ nomor 3289).

Demikianlah, mudah-mudahkan pesan yang singkat ini menggugah perasaan kita semua, hati kita semua. Dan mendorong kita untuk berlomba-lomba untuk beramal shalih, meraih surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Semoha Allāh Subhānahu wa Ta’āla mudahkan jalan kita semua menuju surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan menjadikan kita hamba-hamba yang beruntung, hamba-hamba yang bahagia, mendapatkan kebaikan di dunia dan kebahagian nantinya di akhirat.

Sumber : Ceramah.org

4 1 Pilih
Article Rating
BAGIKAN POSTINGAN INI
guest
0 Comments
tertua
Terbaru Suara Terbanyak
Tanggapan Sebaris
Lihat semua komentar
Butuh Bantuan?