Kembali

Akibat Buruk Perbuatan Bid’ah

Tidak diragukan lagi bahwa Bi’dah memiliki akibat buruk yang sangat besar untuk umat yang menerima Bid’ah tersebut dan tidak mengingkarinya, bahkan akibat buruk ini bisa menyebar ke masyarakat yang lain secara keseluruhan. Dan akibat buruk ini tidak ada batasnya dan tidak terhitung jumlahnya, tetapi akan kami coba simpulkan dalam 4 pembahasan.

1. Mematikan Sunnah

Sudah menjadi pengetahuan bersama perbuatan bid’ah ketika dihidupkan maka akan mematikan Sunnah, dan Sunnah ketika dihidupkan maka bid’ah akan lenyap. Karena Bid’ah tidak akan hidup kecuali ketika manusia meninggalkan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, dari Sunnah yang berhukum wajib maupun mustahab.

Bid’ah tidak akan hidup kecuali ketika manusia meninggalkan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam

Karenanya kita temukan para perilaku bid’ah sangat rajin dan bersemangat melakukan rutinitas kebid’ahan mereka, namun lemah dalam menjalankan amalan yang disunnahkan atau bahkan hal-hal yang bersifat wajib.

2. Penyebab Perselisihan dan Keributan di Tengah Masyarakat

Sesungguhnya diantara akibat terbesar dari tersebar Bid’ah di antara masyarakat adalah timbulnya perselisihan dan keributan di tengah masyarakat. Dengan banyaknya perdebatan tentang “Apakah hal ini Bid’ah atau Sunnah?”, banyaknya peredebatan tentang hal tersebut, sibuknya para ahli ilmu dalam mendakwahi para pelaku bid’ah dan mengklasifikasikan mereka, menjawab pertanyaan tentang hukum bid’ah yang tidak bisa terelakkan.

Dan ini menjadi fakta di lapangan, ketika ada hadits palsu yang digunakan untuk mengajak kepada suatu perkara bid’ah, pasti ada manusia yang dikaruniai pemahaman akan bertanya kepada ahli ilmu tentang perkara tersebut. Dan ahli ilmu pun akan ada yang menjawab dan ada juga yang diam.

Kemudian dampaknya sekelompok masyarakat akan berdiskusi tentang perilaku tersebut dan merubah majelis mereka menjadi majelis perdebatan. Ada yang mendukung ada juga yang menolak. Dan akhirnya perdebatan tersebut menjadi perdebatan yang tidak sehat lalu munculah perpecahan dan perselisihan di antara masyarakat sebagai akibat dari perilaku bid’ah tersebut.

Padahal Allah telah melarang untuk berpecah dan berselisih setelah datangnya bukti-bukti dari Kitab dan Sunnah; karena ini merupakan jalannya umat-umat yang tersesat, karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala melarang umat Islam untuk jatuh sebagaimana umat-umat tersebut terperosok ke dalamnya.

وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَٱخۡتَلَفُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡبَيِّنَٰتُۚ

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. (Ali Imran: 105)

وَلَا تَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٣١ مِنَ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَكَانُواْ شِيَعٗاۖ كُلُّ حِزۡبِۢ بِمَا لَدَيۡهِمۡ فَرِحُونَ ٣٢

dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (Ar-Ruum: 21-32)

Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang umatnya untuk berdebat dan berselisih, beliau bersabda:

(أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الأَلَدُّ الْخَصِمُ)

Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya. (HR. Bukhari, no. 4523; Muslim, no. 2668.)

Dan beliau juga bersabda:

(إن الله يرضى لكم ثلاثاً، ويسخط لكم ثلاثاً؛ يرضى لكم أن تعبدوه ولا تشركوا به شيئاً، وأن تعتصموا بحبل الله جميعاً، وأن تناصحوا من ولاه الله أمركم، ويكره لكم، قيل وقال، وكثرة السؤال، وإضاعة المال)

“Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal bagi kalian dan murka apabila kalian melakukan tiga hal. Allah ridha jika kalian menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan (Allah ridla) jika kalian berpegang pada tali Allah seluruhnya dan kalian saling menasehati terhadap para penguasa yang mengatur urusan kalian. Allah murka jika kalian sibuk dengan desa-desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak berguna serta membuang-buang harta.” (HR. Muslim, no. 1715.)

3. Perpecahan di Tengah Masyarakat

Pembahasan ini walaupun memiliki hubungan yang erat dengan pembahasan sebelumnya, namun ini perlu untuk dijadikan pembahasan tersendiri; karena tidak bisa dipungkiri lagi bahwa perselisihan dan permusuhan akan mengubah masyarakat menjadi berkelompok-kelompok dan faksi-faksi.

Kemudian mulailah setiap kelompok memperjuangkan ide dan opininya walaupun bertentangan dengan Kitab dan Sunnah, serta meninggalkan jama’ah besar kaum muslimin karena mereka mengikuti dan mengandalkan hawa nafsu mereka.

وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيۡرِ هُدٗى مِّنَ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ٥٠

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Qasas: 50).

َفَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلۡمٖ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمۡعِهِۦ وَقَلۡبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةٗ فَمَن يَهۡدِيهِ مِنۢ بَعۡدِ ٱللَّهِۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ٢٣

 Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran (Al-Jatsiyah: 23)

Maka tidak diragukan lagi bahwa terpecahnya suatu masyarakat menjadi faksi-faksi dan kelompok-kelompok dikarenakan perilaku-perilaku bid’ah, tanpa melihat niat para pelakunya karena niat tampatnya adalah di dalam hati dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Manusia hanya kita hukumi dari dzahirnya saja. Dan amalan yang buruk tidak bisa dibenarkan hanya karena niat yang baik.

4. Kesesatan dan Kebodohan Manusia

Tidaklah bid’ah terjadi pada suatu kaum kecuali kebodohan dan kesesatan tersebar di antara mereka. Tersebar juga rasa cinta terhadap perpecahan, perilaku bi’dah dan pelakunya, benci terhadap persatuan bahkan berupaya untuk memecah-belah di tengah masyarakat.

Menyesatkan manusia dan membodoh-bodohi mereka, mengolok dan mencaci para ulama dan mensifati mereka dengan seburuk-buruknya sifat. Semua itu merupakan buah dari perilaku bid’ah. Semoga Allah menjauhkan diri kita dari akibat buruknya.

Berkata Jamaluddin Al-Qosimi rahimahullah:

Diantara bukti ghiroh terhadap agama adalah menolak apa yang dikaitkan terhadap agama yang sebenarnya bukanlah bagian dari agama tersebut, serta meninggalkannya, membuangnya, memburukkannya, dan mengajak manusia untuk menjauhinya. Karena menyetujui dan membiarkan perkara tersebut akan menimbulkan keburukan-keburukan, antara lain:

Pertama, orang-orang awwam akan menganggapnya benar dan baik.

Kedua, membiarkan manusia tersesat dengannya dan membantu mereka di atas kebatilan.

Ketiga, karena perilaku alim tersebut akan membuat masyarakat berbohong atas nama Nabi Shalllahu alaihi wa sallam.

من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:’barang siapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka‘.

Keempat, orang alim yang diikuti dan dianggap sebagai panutan perbuatannya bisa dikira sebagai tuntunan. Maka dengan hal itu ia berbohong atas nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan lisan keadaannya, dan lisan keadaan bisa menjadi lisan perkataan. Di sinilah banyak orang yang terjerumus ke dalam perkara bid’ah karena hal ini.


Oleh Ustadz Faizal Reza Saputra

5 2 suara
Article Rating
BAGIKAN POSTINGAN INI
guest
0 Comments
tertua
Terbaru Suara Terbanyak
Tanggapan Sebaris
Lihat semua komentar
Butuh Bantuan?