Kembali

Kisah Inspiratif Pahlawan Kehidupan

Cobaan Yang Datang Silih Berganti

…. Setelah tanggal 8 Juni 2021 masuk RS, pada tanggal 11 Juni 2021 tepatnya jam 9 malam engkaupun harus masuk rumah sakit, hanya perjuangannya lebih berat, hingga jam 2 pagi di tanggal 12-nya baru mendapatkan rumah sakit yang menerimamu.

Dua hari kemudian tepatnya di tanggal 13 Juni 2021, putri terakhir kita yang saat itu baru berusia 8 bulan pun harus menyusul ke rumah sakit, kita bertiga dirawat di rumah sakit yang berbeda namun tersambung dalam doa.

Seminggu engkau dirawat di salah satu rumah sakit Pemerintah di Pondok Gede, tak ada perkembangan yang lebih baik, dikarenakan terbatasanya alat medis dan obat-obatan, dan diperparah dengan kondisi virus yang telah menjalar hampir ke semua tubuhmu.

Akhirnya di tanggal 18 Juni 2021, setelah melalui perjuangan dan doa, aku diizinkan pulang ke rumah walau masih dalam keadaan positif, hanya hasil Toraks yang sudah membaik, di tanggal yang sama itulah, engkau harus pindah ke salah satu rumah sakit swasta di Bekasi karena peralatan medis di sana cukup lengkap serta kondisi tubuhmu yang harus mendapatkan perawatan intensif.

Namun kepindahanmu adalah terakhir kalinya kita berkomunikasi, karena engkau harus menjalani intubasi, dan masuk ke ruang ICU dalam kondisi sudah tidak sadarkan diri.

Doa dan Harapan

Tanggal 18 Juni 2021, pagi harinya aku mengirimkan pesan whatsapp kepadamu, namun ternyata aku sendiri yang membacanya, karena pada keesokan harinya semua barang-barang mu, termasuk HP mu dibawa pulang ke rumah, hanya satu yang sampai saat ini tidak kembali, yaitu MUSHAF mu yang selalu setia menemanimu di ruang perawatan, dalam kondisi nafas yang tersengal-sengal engkau tetap tilawah, tetap melantunkan ayat-ayat Nya

Mulai tanggal 18-25 Juni 2021 kondisimu turun naik, aku diminta untuk tidak memberitahu kepada siapapun kondisimu, dengan alasan kode etik medis, saat itu tentu selain Allah, hanya aku, adik iparku dan kakak sepupuku yang menjadi wasilah pengobatanmu dengan teman-temannya sesama dokter.

Dalam perjuangan masa pemulihan dirumah, satu minggu itulah masa-masa terberat yang harus dihadapi, banyak sarat dan tindakan medis yang harus aku setujui, seperti tindakan medis berupa pengguguran janin yang sedang kau kandung, masuk obat Covid yang tidak ditanggung biayanya oleh pemerintah yaitu Actemra, belum lagi proses intubasi hingga 5x, semua itu harus dilalui dengan hanya bermodalkan kepasrahan kepada Allah.

Dalam lemah tubuhku, doa yang terlantun hanya tentang keyakinan engkau pasti sembuh dan akan pulang ke rumah dan berkumpul kembali, karena saat aku dirawat ada satu pasien satu ruangan yang juga baru keluar dari ICU dan setelah dinyatakan sembuh, seperti sinyal harapan, maka akupun yakin engkau akan sembuh.

Pada tanggal 23 Juni 2021, doaku terjawab, sebuah pesan whatsapp masuk dan menginfokan engkau telah sadar dengan bukti foto yang dikirimkan kakak sepupu. Terlihat kondisimu yang masih lemah seraya melambaikan tangan, akupun bahagia dan terharu, sujud syukur, karena di hari yang sama aku sudah dinyatakan Negatif dari virus itu, sehingga makin yakin tak lama engkau akan pulang ke rumah.

Aku menafsirkan lambaian tanganmu seolah engkau mengatakan, “abi, anak-anak umi, tunggu ya umi sebentar lagi pulang“. Dan aku sampaikan kepada kakak sepupuku yang berprofesi sebagai dokter, “teh, tolong sampaikan ke istri saya, semangat, neng wafa (bayi kami) juga sudah pulang ke rumah, menunggu uminya….”

Ikhlas Menerima Ketetapan Allah

Namun di tanggal 25 Juni 2021 pagi hari kondisi engkau menurun kembali tak sadar kembali, disitu seolah aku sudah ada perasaan lain, maka aku meminta izin kepada kakak sepupuku, sepertinya sudah saatnya aku harus memberitahu kondisi beliau kepada dua keluarga besar kami, dan juga kedua putra putri kami yang sudah dewasa.

Akhirnya kami mengadakan zoom meeting ba’da jum’at. Dalam kondisi berbaring, aku sampaikan semuanya kepada dua keluarga besar, dan di akhir tetap aku sampaikan, “tak ada yang mustahil bagi Allah, yang akan dengan mudah menyembuhkan penyakit apapun, mari kita tetap berdoa dan optimis, walau kita serahkan yang terbaik menurutNya”.

Pada malam Sabtunya baru aku sampaikan secara langsung kepada kedua anak kami yang telah dewasa agar mereka ikhlas menerima apapun ketetapan Allah ‎سبحانه و تعالى nantinya.

Dan….saat itupun tiba, pada pukul 00.29 WIB, adik ipar kami mengirimkan pesan whatsapp,

Bismillah…

Punten a..

Baru dapet telpon dari RS Siloam

Qodarullah Malam ni, saturasi Teh Eva 74-76

Dan pihak Siloam menganjurkan intubasi ulang, walau sebenernya teh Eva sudah dilakukan intubasi 5x, dan selalu dicopot oleh Teh Evanya sendiri, itu info dari Siloam

Lalu aku sampaikan Bismillah, silahkan lakukan yang terbaik.

Setelah kabar itu aku sulit untuk tidur, seolah Allah membimbingku untuk membereskan baju, men-charges handphone dan keperluan lainnya, seolah itu isyarat beliau akan pulang namun bukan ke rumah, melainkan untuk bertemu Kekasihnya, yang dirindukannya, Rabb semesta Alam, dan benar, ternyata lambaian tangan di tanggal 23 Juni 2021 adalah salam perpisahan kami dengannya.

Pukul 03.29 saat aku dalam sujud panjangku, adik iparku berkali-kali menelpon namun handphone dalam kondisi di silent, karena tak kunjung ada jawaban, adik kami menelpon kakak kami yang sudah ada di rumah kami, dalam langkah gontai beliau menangis bersimpuh ke lantai, aku yg saat itu dalam tahiyyat terakhir tak sengaja melihat, dan sudah faham, inilah jawaban doa sujud panjangku.

Allah telah menjawab kerinduan dan cita-citanya yaitu SYAHID, bahkan beliau wafat masih mengandung janin kami, yang sampai akhirpun belum diambil tindakan pengguguran.

Setelah salam aku bergegas melihat handphone dan membaca pesan dari adik ipar,

Selamat malam izin info keadaan terakhir nya eva

eva nuramida/F/39
dx : Covid 19 Severe Critical+ G7p4a2 h 9 minggu

Pasien pada pukul 00.53 mengalami desaturasi sampai 72% kemudian dilakukan bagging sampai pada pukul 01.30 pasien saturasi di 92%-93% , pada pukul 02.20 pasien bradikardi, 10 menit kemudian gambaran ekg PEA, dilakukan RJP selama kurang lebih 45 menit namun pasien tidak ada respon. pasien dinyatakan meninggal pkl 03.15.

إنا لله وإنا إليه راجعون… يأيتها النفس المطمئنة ارجعي إلى ربك راضية مرضية فادخلي في عبادي واخلي جنتي


Pelajaran Penting dan Inspiratif

Ada beberapa pelajaran penting dan inspiratif dari almarhumah,

Allah mudahkan proses pemakaman beliau, bahkan dulu saat kami sering diskusi tentang kematian beliau pernah berwasiat, kalau umi meninggal, ingin dikubur di Garut dan cita-cita itu tercapai bahkan prosesnya dimudahkan.

Obat Actemra yang masuk ke tubuhnya 16 ampul dengan harga per ampulnya kisaran 8-9 juta, saya telah menyiapkan dananya hasil dari pinjaman ke beberapa rekan selain dana pribadi, namun ini karena kesholehannya, pihak RS menyatakan itu sudah dibayarkan, sampai saat ini masih menjadi misteri, siapakah yang membayarkannya, namun sampai saat ini saya tak pernah berhenti mendoakan siapapun yang membayarkannya, semoga Allah anugerahkan keberkahan hidup baginya di dunia dan akhirat. Aamiin.

Selain itu biaya peti jenazah dan ambulan pun tak sepeserpun kami mengeluarkan biaya, padahal aturannya jika jenazah covid dibawa keluar area tempat meninggal keluarga harus menanggung seluruh biayanya, semua wasilah kesholehan almarhumah, insya Allah.

Almarhumah sosok yang sempurna ولا نزكي على الله أحدا, dia telah tunaikan semua hidupnya, dan saat ini dia telah kembali keharibaan Rabbnya, dalam keadaan “hidup dan diberi rezeki oleh Allah swt” بل أحياء عند ربهم يرزقون

Dia telah menjemput kesyahidannya, bahkan sebelum wafat dia berpesan, agar saya dapat menunaikan kewajiban yang sebenarnya bukan kewajiban dia secara pribadi, walau harus mengambil dari hartanya sendiri.

Tak cukup kata untuk mengungkapkan kebaikan dan perjuangannya, اللهم فاشهد

Genap satu tahun pergi, insyaAllah ini hanya jeda perpisahan sebelum nanti Allah pertemukan kembali di SurgaNya, aamiin.

Kepergian beliau memberi pelajaran, bahwa kita tak boleh bergantung kepada sosok, atau orang. Bagaimana ketika sosok Umar tak terima diberitakan bahwa Rasul telah wafat, karena Umar punya konsep setia itu adalah kepada sosok atau orangnya, barulah setelah disadarkan oleh Abu Bakar, bahwa jika kita menyembah Nabi Muhammad dia telah wafat, namun jika menyembah Allah dia takkan mati dan Maha Hidup

Bahkan anak kami yang pertama membuat status di Instagramnya, “Bertemu karena Allah, berpisah karena Allah, semoga Allah ampuni dosa-dosa umi”. Sangat tegar melebihi abinya.

Kesetiaan itu bukan pada sosoknya namun nilai kebaikannya, cita-cita luhurnya, itu yang harus dilanjutkan, adapun sosok, orang, manusia, mereka akan meninggalkan kita atau sebaliknya kita yang meninggalkan mereka.

Maka saat ini kami akan melanjutkan semua kebaikan dan cita-citanya, itulah makna sejati Kesetiaan. Keluarga yang ditinggalkan harus membuktikan ada atau tiadanya beliau tidak melemahkan silaturahim di antara keluarga, bukan menjauhi hanya karena sudah bukan bagian darinya.

Insya Allah cita-cita almarhumah agar putra sulung kami dapat melanjutkan kuliah ke Timur Tengah akan segera terwujud, dalam waktu dekat putra kami akan berangkat ke Mesir untuk kembali ke tanah kelahirannya, menimba ilmu di Universitas tertua, al-Azhar, menjadi bagian dari barisan tafaqquh fiddin (memahami agama)

Allah-lah yang menciptakan hidup dan mati. Jika kita ingin kehidupan yang baik dan kematian yang indah mintalah padaNya bukan pada yang lain.

Kematian menutup kisah dari hidup kita. Tapi kematian adalah awal dari kisah perjalanan amal-amal kita.

26 Juni 2021-26 Juni 2022

Genap setahun, perjuangan “Khadijah“, telah Allah takdirkan dilanjutkan oleh hadirnya sosok “Aisyah” dalam kehidupan kami, insyaAllah semua telah menjadi ketetapanNya, karena hidup itu seperti apa yang kita jalani bukan seperti apa yang kita inginkan, oleh karena itu jalani hidup dengan syukur dan sabar.

Terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam kisah nyata nan inspiratif ini bagi kami, semoga Allah membalas dengan sebaik-baik balasan.

Jika ada pesan yang bermanfaat dan inspiratif dari kisah ini silahkan diteladani, jika ada yang tidak baik, silahkan dijauhi.

Markaz al-Quran Ubay bin Kaab Garut, 26 Juni 2022, 07.25 WIB.

** Teruntuk “Khadijahku” Eva Nuramida, semoga Allah senantiasa merahmatimu, melapangkan kuburmu dan kami tak putus mendoakanmu …

5 6 suara
Article Rating
BAGIKAN POSTINGAN INI
guest
1 Comment
tertua
Terbaru Suara Terbanyak
Tanggapan Sebaris
Lihat semua komentar
Al faqir jambary
Al faqir jambary
27 June 2022 09:17

بارك الله فيكم يا أستاذ

Butuh Bantuan?