Kembali

Persahabatan Dalam Islam Dibangun Di Atas Pondasi Keimanan

Salah satu sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah Persahabatan di antara sesama makhluk yang dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang, saling menghadirkan kebahagiaan dan kegembiraan

Persahabatan adalah karunia dari sebuah persaudaraan yang didasari keimanan. Dan ukhuwwah islamiyyah adalah hal yang sangat dianjurkan dalam syariat, bahkan persahabatan atau pertemanan dalam Islam ikut menentukan keislaman seseorang sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :

Seseorang itu dilihat baik buruknya bagaimana agama dari temannya. Maka jika kita ingin tahu agama seseorang lihatlah dengan siapa dia berteman

Sejarah mencatat tentang persahabatan abadi antara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan Abu Bakar ash-Shiddiq ra, terutama saat sang baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata kepada sahabatnya Abu Bakar, saat ia dalam kondisi ketakutan dan penuh kekhawatiran, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”

Sebuah persahabatan yang dibangun di atas pondasi keimanan, dan Abu Bakar merasakan manisnya perjuangan dan pengorbanan bersama sahabat tercintanya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam

Sampai suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Bahwa aku diutus oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada kalian dengan membawa yang haq”, orang-orang Kafir Quraisy berkata, “engkau dusta wahai Muhammad”, namun tidak demikian dengan Abu Bakar, beliau membenarkan semua ucapan yang keluar dari lisan sahabatnya itu sehingga beliau diberi gelar ash-Shiddiq (orang yang jujur dan selalu membenarkan) Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Bukan itu saja, Abu Bakar bahkan sanggup berkorban dengan mengeluarkan seluruh hartanya untuk mendukung dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan membela agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Dari Abu Sa’id Al Khudriy radliallahu ‘anhum dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

“Akan datang suatu zaman dimana akan ada sekelompok orang yang berperang lalu ditanyakan: “Apakah diantara kalian ada yang telah mendampingi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam? Maka dijawab: “Ya”. Maka pasukan itu menang”. Dan akan datang suatu zaman, zaman dimana akan ada sekelompok orang yang berperang lalu ditanyakan: “Apakah diantara kalian ada yang telah mendampingi sahabat sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam? Maka dijawab: “Ya”. Maka pasukan itu pun menang. Dan akan datang suatu zaman dimana akan ada sekelompok orang berperang lalu ditanyakan: “Apakah diantara kalian ada yang telah mendampingi sahabatnya para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam? Maka dijawab: “Ya”. Maka pasukan itu pun menang”.

Seorang muslim sangat membutuhkan seorang teman/sahabat, yang akan memberikan pertolongan saat ia membutuhkannya. Seorang mukmin akan semakin kuat dengan keberadaan saudaranya, dan sebaliknya lemah disebabkan kesendiriannya.

Persaudaraan sesama muslim seperti lampu atau lentera. Satu lampu dengan lampu yang lain akan semakin menerangi jalan, berbeda dengan hanya satu lampu walaupun kuat cahayanya namun saat padam tidak ada yang bisa menggantikan perannya untuk menerangi yang lain. Itulah ukhuwwah saling mengisi saling melengkapi dan saling menyempurnakan satu sama lain.

Namun sebaliknya bersahabat dengan orang buruk akan menularkan keburukan dan mempengaruhi seseorang menjadi buruk, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berdoa, “Ya Allah, aku berlindung dari sahabat yang buruk”

Sahabat yang baik akan senantiasa berada di samping kita mengingatkan kita saat khilaf, meluruskan kita saat tersesat, menasihati kita saat menyimpang dari jalan kebenaran. Maka persahabatan seperti kumpulan ruh sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, ‘Ruh-ruh ibarat tentara yang siap perang, maka di antara ruh yang sudah saling mengenal dia akan tenang (damai), dan di antara ruh yang tidak mengenal dia bermusuhan.’ Orang yang baik akan mencari kawan yang baik, demikian juga ahli maksiat akan mencari sahabat yang juga mendukungnya dalam kemaksiatan.

Nikmat persahabatan yang didasari karena keimanan tidak akan pernah bisa dinilai dengan harta, maka siapa yang menemukan sahabat yang akan membimbingnya ke Surga, pegang dia erat-erat dan jangan dilepaskan karena ia telah mendapatkan keberuntungan dunia dan akhirat.

Orang yang beruntung adalah orang yang telah menemukan sahabat dunia akhiratnya, dan orang yang paling merugi adalah orang yang telah menyia-nyiakan sahabat yang shaleh.

Karena persahabatan yang didasari dengan keimanan, amal shaleh dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran bukan saja Allah persatukan mereka di dunia, bahkan sampai di akhirat saling menolong satu sama lain sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam al-Quran surat az-Zukhruf ayat 67 :

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”

Bahkan mereka itu menyesal dan mengatakan, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat al-Furqan ayat 28 :

“Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku).”

Namun dalam bersahabat dengan orang-orang shaleh kita pun harus berbekal kesabaran, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat al-Kahfi ayat 28 :

“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya.”

Sahabat kitapun manusia biasa, sebaik dan seshaleh apapun ia tetap ada kekurangan, ada aib yang harus kita jaga, maka resep agar persahabatan itu terus terjaga yaitu hindarilah saling berburuk sangka dengan sahabat kita, karena buruk sangka adalah sedusta-dusta perkataan

Persahabatan pada masa sekarang ini berkembang bentuknya salah satunya adalah persahabatan atau pertemanan di dunia maya. Tidak jarang pertemanan dalam bentuk ini melanggar nilai-nilai syariat, seperti memperlihatkan aurat, menyebarkan hoax, kebencian, caci maki dan fitnah. Walau demikian tidak dinafikan sosial media bisa menjadi sarana kebaikan juga, maka itu semua kembali kepada kita dalam memanfaatkan sarana tersebut, digunakan untuk kebaikan insya Allah menjadi pahala kebaikan sebaliknya digunakan dalam kemaksiatan maka dosa yang didapatkan. Maka gunakanlah akhlak dalam menjalin persahabatan baik di dunia maya maupun nyata.

Persahabatan itu sejatinya adalah menyatunya hati kita dalam ketaatan dan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala, walaupun tak pernah bersua bahkan tak saling mengenal sebelumnya, karena persahabatan yang kuat bukanlah yang dibangun di atas pondasi harta atau kepentingan duniawi, sebab sejatinya Allah lah yang mempersatukan hati orang-orang beriman, sebagaimana firmanNya dalam surat al-Anfal ayat 63 :

“Dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

Semoga Allah menganugerahkan kepada kita sahabat yang dapat menyelamatkan kita di dunia dan menjadi syafaat kita di akhirat,

Wallahu a’lam bishsawab

Achmad Yaman
Madinah al-Munawwarah
13 Safar 1444 H
9 September 2022 M

4.4 5 suara
Article Rating
BAGIKAN POSTINGAN INI
guest
1 Comment
tertua
Terbaru Suara Terbanyak
Tanggapan Sebaris
Lihat semua komentar
Reza saputra
Reza saputra
10 September 2022 17:04

Barakallah fiik ustadz.

Butuh Bantuan?