Kembali

Saat Perpisahan Tiba

Ramadhan telah meninggalkan kita, tentu ada banyak kebaikan telah dilakukan, akan tetapi yang penting diperhatikan adalah apakah semua yang diamalkan di dalam Ramadhan berupa ibadah dan amal Sholeh yang begitu ringan dijalankan dapat dipertahankan bahkan diperkuat ditajamkan dalam bulan-bulan pasca Ramadhan.

Inilah pertanyaan yang super penting agar predikat Taqwa tak semata melekat pada saat Ramadhan, tetapi sepanjang tahun hingga bertemu kembali dengan Ramadhan pada tahun berikutnya, bahkan sampai bertemu Ilahi Robbi.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi الله سبحانه وتعالى ialah orang yang paling Taqwa diantara kalian, sesungguhnya اَللهُ maha mengetahui lagi maha mengenal. Dengan kata lain esensi, target ataupun pencapaian penting yang mesti dijaga setelah diraih dengan beragam amal ibadah dan kebaikan tiada lain adalah ketakwaan itu sendiri.

Al-Quran memberikan banyak penjelasan secara kongkret perihal bagaimana orang yang bertaqwa itu dalam kehidupannya, diantaranya seperti terurai dalam surat Al-Baqarah 177, seperti memiliki keimanan kepada اَللهُ, hari akhir, kemudian Malaikat, Kitab-Kitab dan Nabi-Nabi, kemudian memberikan harta dicintainya kepada karib kerabat, anak yatim, fakir miskin, orang-orang yang terlantar di dalam perjalanan, para peminta-minta, dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan sholat, membayar zakat, menepati janji bila berjanji, sabar atas kemiskinan, kemudaratan, dan ketika berada di medan peperangan.

Itulah sifat-sifat orang bertakwa, semua amalan itu tentu saja tidak boleh berhenti di dalam Ramadhan semata, tetapi harus diupayakan untuk diamalkan pada bulan-bulan lainnya. Sekalipun secara kalkulasi pahala tentu saja Ramadhan jauh lebih berlipat ganda balasannya dibanding dilakukan pada bulan yang lain.

Namun semangat untuk menjaga karakteristik taqwa di dalam diri mesti diupayakan sepanjang tahun dan sepanjang hayat, permasalahan yang tidak ringan adalah begitu Ramadhan pergi nuansa religius secara sosial langsung bubar kemudian lenyap, disini orang banyak yang lupa kebaikan dirinya pada Ramadhan, ibadah perlahan kendur, dan godaan untuk melanggar perintahnya kian menguat sehingga jika Ramadhan ibadah kuat diluar Ramadhan komitmen keberislamannya pun menurun.

Disini taqwa mendapatkan ujian tidak ringan, jika ditelusuri mengapa Rasulullah, sahabat dan para ulama terdahulu menangis kala akan berpisah dengan Ramadhan, tidak lain adalah karena menjaga taqwa pada bulan selain Ramadhan adalah benar-benar tidak mudah.

Menarik kita simak percakapan antara Umar bin Khattab dan Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhuma, Ubay bertanya kepada Umar tentang makna taqwa, khalifah kedua ini malah balik bertanya:
“Pernahkah engkau berjalan di tempat yang penuh duri ?”, Ubay bin Ka’ab menjawab “Ya, pernah”, “Apakah yang Engkau Lakukan?” kata Umar, “Tentu aku sangat berhati-hati melewatinya” Ubay bin Ka’ab menjawab, maka kata umar “Itulah yang dinamakan taqwa“.

Kejar dan kumpulkanlah sekehendak kita apa yang ada di dunia ini, namun ingat, kain kafan kita tidak ada sakunya…

Sumber : https://www.youtube.com/

https://uloom.id/speaker/achmad-yaman-lc-ma/
5 1 Pilih
Article Rating
BAGIKAN POSTINGAN INI
guest
0 Comments
tertua
Terbaru Suara Terbanyak
Tanggapan Sebaris
Lihat semua komentar
Butuh Bantuan?